Rabu, 29 Agustus 2012

Oops..Shit Happens

Betapa mengejutkan bagaimana terkadang kita bisa terdepak dari kehidupan kita yang nyaman dengan begitu kerasnya. Saya tidak bermaksud menangis meraung-raung di sini untuk menyesali beberapa bulan terberat dalam hidup saya, saya sudah pernah melakukannya,believe me. Saya hanya merasa perlu untuk membuat sebuah catatan kaki yang mengingatkan bahwa even you tried so hard to make your live as comfort as your wish, there's  a "Shit Happens" moment. Dan yang bisa benar-benar kita lakukan hanya menunggu sampai kotoran itu mengering dan baunya benar-benar hilang, and it's not as easy as Mario Teguh said.

Sama seperti orang lain pada awalnya kehidupan saya luar biasa, saat itu saya hampir menyelesaikan kuliah saya, punya seseorang yang benar-benar spesial, punya teman-teman yang sudah saya anggap seperti keluarga. Everything was normal and happy. Hidup berputar dan hukum alam berjalan. My live slowly but sure turn back into disaster. Pada saat itulah saya benar-benar merasa there's no happily ever after.
Saya pernah merasa sekacau ini

Tepat ketika saya lulus dan mendapat pekerjaan, saya kehilangan seorang sahabat untuk sebuah alasan yang saya tidak tahu dan hubung saya dengan "someone special' berakhir dengan mengerikan. Cukup mengerikan sampai saya memutuskan untuk memutus semua jalur komunikasi. Bahwa fakta saya (mencoba) memaafkannya memang benar, tapi untuk menjadi teman baik seperti permintaannya sementara ini harus saya tangguhkan untuk waktu yang sangat lama. Tidak semudah itu ternyata memperbaiki hubungan dengan orang yang sudah pernah kita sangat percaya, yang kemudian membuat kita terbangun tengah malam dan menangis, yang kemudian kita tahu mengajak wanita lain menikah. Jika anda perempuan anda pasti tahu maksud saya dengan "tidak semudah itu". Bahwa memaafkan dan melupakan ternyata dua kata dengan jumlah suku kata yang sama yang tidak tersinkronisasi satu sama lain.

Saya mencoba menguatkan diri dengan mengatakan jika semuanya baik-baik saja dan saya akan tetap sekuat batu karang. Selama beberapa bulan saya tetap pada pendirian saya, mencoba mengatasi semuanya sendiri. Dan selama beberapa bulan itulah saya menjadi tertikam semakin dalam.
Saya pernah menjadi semenyedihkan ini
Untunglah Tuhan mempertemukan saya dengan orang-orang baik. Teman dan keluarga saya. Mereka membantu dengan mendengarkan semua umpatan, menemani di saat saya benar-benar membutuhkan, dan berbagi pengalaman yang membuat saya menyadari jika hal-hal seperti itu terjadi kepada banyak orang. Beberapa kisah berakhir jauh lebih menyedihkan dari pada versi saya ternyata. Semenjak saat itu saat belajar menerima sebuah kegagalan. Ya, ternyata sebuah kegagalan lebih mudah dilalui ketika kita dengan lapang dada mengakuinya. Saya masih terpukul, terkadang masih menangis sambil mendengarkan lagu-lagu cengeng. Ada nyeri yang masih terasa, yang akan selalu mengigatkan saya betapa sesuatu yang kita sayangi selalu bisa meninggalkan kita kapan saja. Saya (dipaksa) belajar sangat banyak dengan kejadian ini.

Dan seperti kata teman saya, waktu akan menyembuhkan semua luka. Mungkin sekarang belum saatnya luka saya sembuh sepenuhnya, tapi suatu saat nanti semua akan kembali baik seperti pada awalnya.  Toh, yang benar-benar kuat bukan mereka yang tidak pernah terjatuh, tapi mereka mampu kembali bangun dan berlari.Tuhan tahu dan menunggu kapan kesempatan yang tepat untuk saya kembali berlari.

I will turn in a lion :)
Waktu berputar rebulan dan matahari
Bunga yang mekar akan layu akan mati
Malam ‘kan berakhir, hari ‘kan berganti
Takdir hidup ‘kan dijalani

Andai bisa ku mengulang
Waktu hilang dan terbuang
Andai bisa perbaiki segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hamba-Mu ini








2 komentar:

  1. sometimes it was trully shit when we hope our life as comfort as FTV/mario tegys Says!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. wise man says: only stink shit gives u the greatest lesson..and I wondering, Mario Teguh should have a big warehouse of shit so his words can be so inspiring :p

      Hapus